Sunday, 26 November 2006DIGELAR DESEMBER 2006; Penjelajahan Bengawan Solo Purba
DITILIK dari namanya, memang merupakan situs purba. Tetapi panorama alamnya sangat latif & dapat menarik perhatian banyak wisatawan. Bagi mereka yang tidak ingin susah mendalami riwayat sungai Bengawan Solo, bisa menjelajah wilayah ini dengan menikmati cekungan yg rendah ditengah bukit-bukit menjulang.
Ya, Dinas Pariwisata Gunungkidul akan menggelar acara spektakuler, menjelajah situs Bengawan Solo Purba. Menyusuri bentangannya yang panjang, menurut Sadeng hingga Wonogiri Jawa Tengah. Kegiatan yg akan digelar bulan Desember ini akan diikuti para pecinta alam, pemerhati warisan budaya & masyarakat kebanyakan.
Napak tilas ini buat mengenang alur sungai Bengawan Solo, yang dulu alirannya pernah ke Laut Selatan. Tetapi sekarang berbelok ke laut Jawa. ”Sudah tentu event ini pula dimaksudkan buat membentuk objek wisata baru didaerah ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul H Suhardono S.Sos didampingi Kasi Objek Wisata Drs Bambang Sukemi MM.
Bagi wisatawan yg pernah mengunjungi pantai Sadeng, Kecamatan Girisubo, sebenarnya sudah melintas sebagian daerah Bengawan Solo Purba. Karena sebagian kawasannya berada pada tanjakan Telaga Suling yg curam.
Meski demikian bagi yang tak memperhatikan, tak terlintas pada pikiran, wilayah tadi semula merupakan aliran Bengawan Solo. Namun apabila dicermati, jauh membujur ke arah utara adalah bekas alur sungai yg besaryang mengalir dicelah-belah bukit yang menjulang.
Mengutip beberapa penelitian, Bambang Sukemi MM menyatakan peralihan genre sungai Bengawan Solo ini karena terjadinya proses tektonik. Ketika itu terjadi, kecepatan pengangkatan (up lift ) nir diimbangi sang proses penggerusan genre Bengawan Solo.
Akibatnya alirannya terbendung dan terbentuk danau, disekitar daerah Baturetno dan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Lambat laun genangan air itu mempunyai jalan keluar (outlet) menuju wilayah yg lebih rendah ke arah utara. ”Sehingga membuahkan Bengawan Solo mengalir ke Laut Jawa sampai kini,” tambahnya.
Akibatnya, Sadeng yg semula menjadi genre sungai Bengawan Solo sekarang tinggal riwayatnya saja.
”Barangkali pula bisa dipandang lirik lagu keroncong Bengawan Solo yg dibawakan Gesang. Di dalamnya diantaranya menyebut alirannya hingga jauh, terkurung gunung seribu. Sehingga kebenaran genre ke Laut Selatan adalah fenomena sejarah,” jelasnya.
Sejatinya, Dinas Pariwisata Gunungkidul sudah beberapa kali melakukan aktivitas yg berkaitan menggunakan eksistensi Bengawan Solo Purba. Sudah poly juga para ahli melakukan penelitian. Serta juga sejumlah wisatawan dengan minat spesifik yang berdatangan.
Tetapi program jelajah Situs Bengawan Solo Purba ini diharapkan adalah momentum buat mengajak banyak orang berdatangan ke lokasi bekas genre sungai Bengawan Solo. Peserta jelajah nanti akan berjalan kaki menyusur bekas genre sungai tersebut.
”apabila dulu merupakan genre sungai, biarlah sekarang menjadi genre wisatawan yg masuk daerah Gunungkidul. Sebab aktivitas ini dibutuhkan tidak hanya menambah jumlah jenis wisata. Tapi pula sebagai maskot baru yang bisa menyedot kunjungan wisata,” ucap Bambang Sukemi.
Telaga Jonge pada Desa Pacarejo Kecamatan Semanu, juga menarik buat digarap sebagai wisata alternatif lainnya di Gunungkidul. Selain alur Bengawan Solo purba dan daerah karst Pegunungan Sewu. Air pada telaga seluas 4,lima hektar ini sepanjang tahun tak pernah kemarau.
”Selama ini Kecamatan Semanu kinidikenal sebagai tempat industri olahan batu. Sebab hampir seluruh pabrik gilingan batu di Gunungkidul berada pada daerah Mijahan, desa Semanu. Tetapi ke depan pemerintah kecamatan segera menggarap pengembangan Telaga Jongke sebagai wisata air pada Gunungkidul, yg selama ini identik menggunakan pantai,” istilah Camat Semanu, Drs Sujarwo MSi, didampingi Sekcamnya, Drs Wastono, dalam perbincangan beberapa saat kemudian.
Tak hanya wisata air saja, imbuhnya, di lokasi itu pula dikembangkan keramba apung, sentra jajan menggunakan hidangan ikan & berbagai jenis wisata lain, yg dibutuhkan memikat wisatawan. Jarak jangkaunya pun sangat dekat menurut pusat perkotaan. Telaga Jonge terletak dekat dengan pemukiman penduduk, tetapi permanen mempunyai hamparan padang yang luas.
Sehingga wisatawan bisa menikmati panorama alam yang indah dan alami. ”Di seputar telaga ini dilingkupi pohon-pohon yg rindang. Penggemar memancing bisa menyalurkan kegemaran dengan mengitari telaga, tanpa wajibberdesakan,” tambah Sujarwo.
Kecamatan Semanu yg berbatasan menggunakan Kota Wonosari, selama ini dikenal dengan Goa Bribin-nya, yg memiliki asal air tawar. Kecamatan yg luas daerahnya 4.666.2385 hektar ini, memiliki penduduk 58.602 jiwa yg beredar di lima desa. Masing-masing Ngeposari, Semanu, Pacarejo, Candirejo & Dadapayu.
Semanu pula dikenal menggunakan puluhan pengusaha pengolahan batu, yg berada pada Desa Semanu. Selain sebagai pusat industri olahan & perdagangan, di kecamatan ini pula tumbuh industri rumah tangga. Produksinya telah menjelajah ke aneka macam belahan dunia, baik Eropa, Asia dan Amerika. Industri bambu rakyat setempat, hasilnya pun telah berkualitas ekspor.
(Endar Widodo/Hari S)-c.Sumber: http://www.kr.co.id/article.php?sid=104445